RUKUN SHALAT JENAZAH DAN PENJELASANNYA

 


DOAPARAWALI.or.id - Shalat jenazah adalah salah satu tugas yang harus dilakukan secara bersama-sama (fardhu kifayah), sehingga jika seseorang telah melaksanakannya di suatu tempat, maka kewajiban ini tidak lagi berlaku bagi orang lain. Namun demikian, bagi siapa pun yang mengetahui tentang kematian seorang Muslim, disarankan untuk tetap melaksanakan shalat jenazah.

Dalam melaksanakan shalat jenazah, ada beberapa hal yang harus dilakukan agar shalat tersebut dianggap sah. Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam bukunya yang berjudul Tausyih ala Ibni Qasim menjelaskan dengan singkat tentang tujuh rukun dalam melaksanakan shalat jenazah.

Berikut adalah penjelasannya:  

1. Niat  

Niat ini harus diucapkan dalam hati dan harus dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram, sama seperti yang dilakukan dalam niat shalat fardhu. Untuk shalat jenazah yang dilakukan sendirian dan jenazahnya berjenis kelamin laki-laki, berikut ini adalah lafal niatnya:

 أُصَلِّيْ عَلَى هٰذَا الـمَيِّتِ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالَى  

Ushalli ‘alâ hâdzal mayyiti fardlan lillâhi ta’âlâ  

Artinya, “Aku niat shalat atas jenazah (laki-laki) ini fardhu karena Allah ta’âlâ.”

Pada saat shalat sendirian dan jenazah berkelamin perempuan, maka lafal niat yang diucapkan sebagai berikut:

   أُصَلِّي عَلَى هٰذِهِ الـمَيِّتَةِ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالَى  

Ushalli ‘alâ hâdzihil mayyitati fardlan lillâhi ta’âlâ  

Artinya, “Aku niat shalat atas jenazah (perempuan) ini fardhu karena Allah ta’âlâ.”

Jika shalat jenazah dilaksanakan secara berjamaah dan menjadi makmum, maka melafalkan niat berikut ini, baik jenazah berupa laki-laki ataupun perempuan:

   أُصَلِّيْ عَلَى مَنْ صَلَّى عَلَيْهِ الْإِمَامُ مَأْمُومًا فَرْضًا لله تَعَالَى  

Ushalli ‘alâ man shalla ‘alaihil imâmu ma’mûman fardlan lillâhi ta’âlâ  

Artinya, “Aku niat shalat atas jenazah yang dishalati imam fardhu karena Allah ta’âlâ.”  

2. Berdiri  

Shalat jenazah harus dilakukan dengan berdiri, karena shalat jenazah termasuk dalam kategori shalat fardhu, dan setiap shalat fardhu harus dilakukan dengan berdiri. Namun, jika seseorang tidak mampu untuk berdiri, ia dapat melaksanakan shalat jenazah dengan posisi duduk, sebagaimana yang diatur dalam ketentuan shalat lima waktu.  

3. Takbir empat kali  

Salah satu dari empat takbir yang dihitung adalah takbiratul ihram. Oleh karena itu, shalat jenazah tidak dianggap sah jika jumlah takbir yang dilakukan kurang dari empat. Disarankan saat mengucapkan takbir agar mengangkat kedua tangan sejajar dengan dua pundak, sama persis seperti yang dilakukan dalam shalat lima waktu.  

4. Membaca Surat al-Fatihah  

Setelah takbir pertama (takbiratul ihram), Surat al-Fatihah dibacakan. Disarankan untuk membaca Surat al-Fatihah dengan suara yang pelan, sehingga bacaan masih terdengar oleh diri sendiri, meskipun shalat jenazah dilakukan pada malam hari. Disarankan juga sebelum membaca Surat al-Fatihah untuk membaca ta'awwudz sesuai dengan pendapat yang kuat, namun tidak disarankan untuk membaca doa iftitah. Shalat jenazah sebaiknya dilakukan dengan ringkas, karena doa iftitah dianggap terlalu panjang untuk dibaca dalam shalat jenazah. (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 1, hal. 342).  

5. Membaca Shalawat  

Shalawat ini dibaca setelah takbir kedua. Bacaan minimal shalawat yang mencukupi dalam sahnya shalat jenazah adalah sebagai berikut:

   اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  

Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad  

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad.”  

Adapun bacaan shalawat yang paling sempurna adalah bacaan Shalawat Ibrahimiyah, yaitu shalawat yang biasa dibaca ketika tasyahud akhir dalam shalat fardhu, berikut bacaannya:

   اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ  

Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad wa ‘alâ âli sayyidinâ Muhammad, kamâ shallaita ‘alâ sayyidinâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli sayyidinâ Ibrâhim, wa bârik ‘alâ sayyidinâ Muhammad, wa ‘alâ âli sayyidinâ Muhammad, kamâ bârakta ‘alâ sayyidina Ibrâhîm wa ‘alâ âli sayyidinâ Ibrâhîm fil ‘âlamîna innaka hamîdun majîd.  

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan bagi keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan bagi keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.”  

6. Mendoakan Jenazah  

Mendoakan jenazah dilakukan setelah takbir ketiga. Adapun minimal bacaan doa ketika jenazah berkelamin laki-laki adalah sebagaimana berikut:

   اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَهُ  

Allâhumaghfir lahu  

Artinya, “Ya Allah, ampunilah dia (laki-laki).”  

Dan minimal bacaan doa ketika jenazah perempuan adalah membaca doa berikut:

   اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَهَا  

Allâhumaghfir lahâ  

Artinya, “Ya Allah, ampunilah dia (perempuan).”  

Bacaan doa yang lebih sempurna (jenazah berkelamin laki-laki) maka dianjurkan membaca doa berikut:

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَاَهْلًا خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ

Allâhummaghfir lahu warhamhu wa ‘âfihi wa‘fu anhu wa akrim nuzulahu wa wassi’ madkhalahu waghsilhu bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa naqqihi minal khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi, wa abdilhu dâran khairan min dârihi wa ahlan khairan min ahlihi wa zaujan khairan min zaujihi wa adkhilhu al-jannata wa a’idzhu min ‘adzâbil qabri wa min adzâbinnâr  

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia. Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air, salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka.  

Untuk jenazah berkelamin perempuan, maka doanya berikut ini:

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَها وَارْحَمْهَا وَعَافِهَا وَاعْفُ عَنْهَا، وَأَكْرِمْ نُزُلَهَا، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهَا، وَاغْسِلْهَا بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهَا مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهَا دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهَا، وَاَهْلًا خَيْرًا مِنْ اَهْلِهَا، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهَا وأَدْخِلْهَا الْجَنَّةَ وَأَعِذْهَا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ مِنْ عَذَابِ النَّارِ

Allâhummaghfir lahâ warhamhâ wa ‘âfihâ wa‘fu anhâ wa akrim nuzulahâ wa wassi’ madkhalahâ waghsilhâ bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa naqqihâ minal khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi, wa abdilhâ dâran khairan min dârihâ wa ahlan khairan min ahlihâ wa zaujan khairan min zaujihâ wa adkhilhâ al-jannata wa a’idzhâ min ‘adzâbil qabri wa min adzâbinnâr  

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia. Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air, salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka.  

Pada saat selesai membaca doa ini, shalat jenazah dilanjutkan dengan takbir yang keempat. Setelah takbir keempat ini, disunnahkan untuk membaca doa berikut ini.   Untuk jenazah laki-laki:

   اَللّٰهُمَّ لاتَحرِمْنا أَجْرَهُ ولاتَفْتِنَّا بَعدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ  

Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahu wa la taftinna ba’dahu waghfir lanâ wa lahu  

Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.”  

Untuk jenazah perempuan:

   اَللّٰهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهَا وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهَا وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهَا  

Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahâ wa la taftinna ba’dahâ waghfir lanâ wa lahâ  

Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.  

7. Membaca Salam  

Membaca salam ini dilakukan setelah takbir yang keempat dan setelah membaca doa yang dilafalkan setelah takbir keempat—jika ia membaca doa sunnah itu. Bacaan salam pada shalat jenazah ini sama seperti bacaan salam yang dibaca pada shalat fardhu. Selain itu, disunnahkan menghadapkan wajah ke arah kanan pada saat bacaan salam pertama dan menghadapkan wajah ke kiri pada saat salam kedua, selayaknya shalat fardu.  

Dianjurkan membaca salam secara sempurna:

   السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ  

Assalâmu‘alaikum warahmatullâhi wabarakatuh

"Semoga keselamatan, kasih sayang, dan keberkahan dari Allah tercurah atas kalian."

Inilah penjelasan ringkas tentang rukun-rukun yang harus dilakukan dalam shalat jenazah. Dengan melaksanakan shalat jenazah sesuai dengan cara-cara yang telah disebutkan di atas, berarti kita telah memenuhi standar keabsahan dalam melaksanakan shalat jenazah yang sesuai dengan ajaran dalam mazhab Syafi'i. Wallahu a’lam.@

Illustrasi by Wikimedia Commons

Posting Komentar untuk "RUKUN SHALAT JENAZAH DAN PENJELASANNYA"