FANATISME BERLEBIH: KETIKA KEKECEWAAN MENYERGAP | Sofiandi, PhD

 


DOAPARAWALI.or.id - Fanatisme yang berlebihan terhadap seseorang seringkali menjadi ladang subur bagi kekecewaan dan penyesalan yang mendalam. Dalam realitasnya, tidak ada manusia yang sempurna. Meskipun memiliki prestasi atau bakat yang luar biasa, setiap individu memiliki sisi gelap dan keterbatasan yang perlu diakui. Ketika fanatisme membayangi dan menguasai pikiran, orang-orang cenderung melupakan kenyataan ini, dan akibatnya, mereka merasakan pahitnya kekecewaan ketika idola mereka jatuh dari piedestal yang tinggi.

Fanatisme yang berlebihan seringkali dipicu oleh ketidaktahuan dan ketidakpahaman tentang kehidupan nyata seseorang. Orang-orang yang menjadi fanatik cenderung hanya melihat sisi terang dan gemilang dari idola mereka, mengagumi prestasi mereka tanpa menyadari bahwa di balik itu semua, ada juga kelemahan dan kegagalan yang mungkin tidak terlihat. Oleh karena itu, fanatisme yang buta dan tanpa kritis mengabaikan fakta bahwa setiap manusia adalah makhluk yang tak sempurna. Albert Einstein pernah mengingatkan, "Fanatisme adalah kekuatan buta dan membahayakan dirinya sendiri." Kata-kata ini menggambarkan bagaimana fanatisme yang tidak terkendali dapat merusak individu itu sendiri, karena mengabaikan realitas dan kelemahan yang ada.

Dalam beberapa kasus, fanatisme yang berlebihan dapat membutakan pandangan seseorang dan merusak hubungan sosial. Seseorang yang terlalu fanatik mungkin menjadi terlalu protektif terhadap idola mereka, bahkan pada tingkat yang ekstrem. Mereka menolak untuk melihat kesalahan atau kekurangan yang ada, sehingga menjadi tidak mampu menerima kritik konstruktif. Hal ini berdampak negatif pada interaksi dengan orang lain, karena kebutaan fanatik ini dapat memicu konflik dan pertentangan yang tidak perlu.

Fanatisme yang berlebihan juga berpotensi memicu kekecewaan yang mendalam. Ketika seseorang menjadikan idola mereka sebagai sumber inspirasi utama, harapan mereka seringkali terlalu tinggi. Mereka menganggap idola mereka sebagai manusia super yang tidak mungkin salah atau mengecewakan. Namun, ketika idola itu membuat kesalahan atau gagal memenuhi harapan yang tinggi, kekecewaan tidak dapat dihindari. Kehancuran yang dihasilkan dari kekecewaan semacam itu dapat sangat menghancurkan, membuat orang yang fanatik merasakan rasa penyesalan yang mendalam.

Dalam menghadapi fanatisme yang berlebihan terhadap seseorang, penting bagi individu untuk tetap rasional dan objektif. Mengagumi seseorang atau memiliki idola adalah hal yang wajar, namun harus diimbangi dengan pemahaman bahwa mereka juga manusia dengan kelemahan. Menempatkan harapan yang realistis dan menerima ketidaksempurnaan adalah langkah awal dalam menghindari kekecewaan dan penyesalan yang mendalam.

Sadarlah bahwa kulminasi dari fanatisme yang berlebihan terhadap seseorang dapat membawa akibat yang buruk. Tidak ada manusia yang sempurna, dan fanatisme yang buta dan tanpa kritis mengabaikan kenyataan ini. Fanatisme yang berlebihan berpotensi merusak hubungan sosial, memicu kekecewaan yang mendalam, dan menghalangi perkembangan diri. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk tetap rasional dan objektif dalam menghadapi fanatisme, mengakui kelemahan dan ketidaksempurnaan dari idola mereka. Renungi pernyataan dari Friedrich Nietzsche ini, "Fanatisme adalah satu-satunya bentuk kebohongan yang dapat dihadapi oleh orang yang cerdas." Hanya orang yang cerdas dan kritis mampu melihat melampaui kesalahan dan ketidaksempurnaan dari idola mereka, dan tidak terjerat dalam perangkap fanatisme yang menyesatkan.@

Illustrasi by Hippopx.com

Sofiandi, PhD, Research Fellow di Fath Institute for Islamic Research Jakarta, IRDAK Institute of Singapore, Asia-Pacific Journal on Religion and Society, Institute for Southeast Asian Islamic Studies, Islamic Linkage for Southeast Asia, Dosen IAI Arrisalah, Anggota Dewan Masjid Indonesia, Ketua Dewan Pembina Badan Koordinasi Muballigh Indonesia Prov. Kepri, Anggota ICMI Prov. Kepri, Pemimpin Redaksi ACADEMICS TV, Direktur Swara Akademika Indonesia Foundation, Pembina Ikatan Wartawan Online Indonesia Prov. Kepri.

Posting Komentar untuk "FANATISME BERLEBIH: KETIKA KEKECEWAAN MENYERGAP | Sofiandi, PhD"