Inayatullah Hasyim, LLB., LLM
ALENIAsatu - Ketika kita menyelesaikan sekolah dasar (SD), kita mendapat ijazah, secarik kertas. Demikian pula ketika Anda lulus dari SMP, SMA, atau Universitas, Anda juga memiliki “sehelai kertas” tersebut. Ketika kita memiliki rumah, bukti kepemilikan itu juga adalah kertas. Punya motor, mobil, tanah, tabungan, saham, semuanya hanya di atas selembar kertas.
Bahkan, saat prosesi ijab-qobul sudah dilaksanakan,
bukti menjadi seorang istri (atau suami) juga ada di atas kertas. Bayangkan, demi
lembaran-lembaran ini, orang bekerja siang dan malam, peras keringat melawan
lelah sampai-sampai mereka justru melupakan kertas terpenting dalam perjalanan
hidup, yaitu lembar akta kematian.
Kirimkan tulisan anda ke ALENIAsatu melalui email redaksi kami redaksialeniasatu@gmail.com dengan menyertakan riwayat hidup singkat berfoto dan nomor telepon yang bisa dihubungi. ALENIAsatu terbuka untuk umum.
Inilah sejatinya lembaran kertas paling
berharga bagi seorang anak manusia, karena sekali diterbitkan, pemilik kertas
itu tidak akan pernah bisa melihatnya lagi. Saat itu, manusia telah kembali
kepada Allah SWT dan bertanggung jawab atas semua “kertas kehidupan” yang telah
diisinya. Dunia yang dia kejar dengan sepenuh hati itu pun sudah berakhir.
BACA : Bacalah Dirimu...!
Allah SWT berfirman, , “Dan segala sesuatu
yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan (yang ada di tangan
Malaikat). Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis.”
(QS al-Qomar: 52-53).
Lembaran kehidupan manusia akan mulai
dibuka oleh Allah SWT dan umat ini akan menjadi yang pertama untuk dihisab.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas (RA), Rasulullah
SAW bersabda, “Kita adalah umat terakhir (di dunia), tapi yang pertama dihisab
(di akhirat).” Seorang sahabat bertanya, “Di manakah umat-umat yang lainnya dan
nabi mereka?” Rasulullah SAW menjawab, “Kita adalah yang terakhir dan yang
pertama.” (HR Ibn Majah).
BACA : PERIHAL TANGGAL KELAHIRAN NABI SAW
Lantas, apa hikmah pencatatan perilaku
manusia? Bukankah Allah SWT mengetahui segala sesuatu, bahkan apa yang tertulis
dalam hati seorang hamba? Pelajarannya adalah membuktikan keadilan Allah SWT.
Karena pada hari kiamat, manusia akan dipanggil untuk diperiksa perbuatannya, dan
mengakui segala dosanya. “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu
ini sebagai penghisab terhadapmu.” (QS al-Isra’: 13-14).
Pada awalnya, golongan kafir Makkah tidak
percaya dengan hari kebangkitan, sebab menurut mereka, setelah kematian manusia
akan hancur dimakan bumi. Namun, Allah SWT menegaskan, “Apakah manusia mengira,
bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan
demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan
sempurna.” (QS al-Qiyamah: 3-4).
BACA : APA MUNGKIN BANK ISLAM BISA BEROPERASI TANPA BUNGA…? KOK BISA...?
Dalam ayat ini, Allah SWT menyatakan secara
khusus (ujung) jari-jemari manusia. Kenapa begitu? Sebab, ujung jari manusia
tak ada yang sama. Sejak Profesor Jan Evangelista Purkyne (1787–1869), seorang
ahli anatomi dari Universitas Breslau, Republik Ceska, mendeklarasikan
penemuannya mengenai formula sembilan sidik jari, para ahli forensik meyakini
bahwa potensi kesamaan atau similaritas sidik jari antara satu orang dengan
orang-orang yang lain hanyalah satu dari dua miliar orang. Artinya, sidik jari
pada setiap manusia pasti berbeda, dan Allah Maha Mampu mengembalikan wujud sidik
jari tersebut tatkala dia dihidupkan kembali.
Sesungguhnya, seorang mukmin akan menanti
laporan lembar kehidupannya dengan dada yang berdegup bahagia. “Adapun orang
yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan
pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya dengan gembira.”
(QS al-Insyiqaaq: 7-9).
Karena itulah, Rasulullah SAW kerap kali
berdoa, “Allahuma hasibni hisaban yasiira” (Ya, Allah hisablah aku dengan hisab
yang mudah). Dikala mendengar doa Nabi itu, Aisyah bertanya, “Apa maksudnya
hisaban yasiira?” Rasulullah SAW menjawab, “Dia tidak dihisab (dengan detail),
tetapi sebatas dipamerkan. Adapun yang dihisab (dengan detail) dan
dipertanyakan (ini itu), maka akan diazab.”
Posting Komentar untuk "SEHELAI LEMBARAN KEHIDUPAN"