RAHASIA KURBAN: ISMAIL ATAU ISHAQ YANG “DISEMBELIH”?

 


Dr. Sofiandi, Lc., MHI

ALENIAsatu - Setiap tanggal 10 Dzulhijjah, umat Islam merayakan hari raya kedua, Idul Adha. Seperti yang telah kita maklumi sebelumnya, Islam memiliki 2 macam Hari Raya, Idul Fitri dan Idul Adha. Hal ini tidak terlepas dari peristiwa yang terjadi saat Nabi pertama kali menetap di Madinah. Peristiwa ini tergambar dalam hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasa'i dan Ahmad, dan menurut Syekh Syu'aib Al Arnauth, sanadnya shahih dan memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Muslim Bukhari. Anas R.A. berkata: 

قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْمَدِينَةَ وَلأَهْلِ الْمَدِينَةِ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ يَوْمَيْنِ خَيْراً مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ

Pada Saat Nabi SAW datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki 2 hari dimana mereka bersenang-senang dan berpesta dalam 2 hari tersebut. Maka Beliau berkata, “Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai 2 hari yang kalian isi dengan bersenang-senang, maka Allah telah mengganti kedua hari tersebut dengan yang lebih baik untuk kalian, yaitu Idul Fitri dan Hari Nahr (Idul Adha)”.

Tidak hanya di Indonesia, Idul Adha merupakan hari raya kurban yang dirayakan kalangan masyarakat muslim di seluruh dunia. Umat ​​Islam dari semua kelas sosial akan mengurbankan kambing, domba, sapi atau kerbau sebagai wujud rasa syukur dan taqarrub kepada Allah SWT dan sebagai bukti ketaatan pada perintah agama. Jenis kurban khusus ini merupakan simbol dari peristiwa penting yang diceritakan dalam ayat 102 sampai 107 dari Al-Qur'an Surah As-Shaffat. Ayat-ayat tersebut menceritakan peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS yang bermimpi mendapat perintah untuk menyembelih anaknya, yang menurut kitab Tafsir An-Nasafi dan Tafsir Ibnu Katsir, saat itu sang anak berusia 13 tahun.

Kirimkan tulisan anda ke ALENIAsatu melalui email redaksi kami redaksialeniasatu@gmail.com dengan menyertakan riwayat hidup singkat berfoto dan nomor telepon yang bisa dihubungi. ALENIAsatu terbuka untuk umum.

Oleh karena itu, peristiwa ini dijadikan dasar hukum Islam dalam ibadah kurban. Namun polemic yang muncul hingga saat ini adalah siapa yang dikurbankan, Ismail atau Ishak? Al-Qur'an tidak menyebutkannya secara eksplisit, sehingga tidak ada jawaban yang pasti mengenai hal tersebut. Yang disepakati hanya keterlibatan 3 "aktor utama" dalam peristiwa tersebut, yakni Nabi Ibrahim AS sebagai penerima tugas, Ismail yang merupakan putra sulung dari Siti Hajar, istri kedua berkebangsaan Ethiopia, dan terakhir Ishak, putra bungsu dari Siti Sarah, yang merupakan istri pertama yang berasal dari Palestina. Opini ulama terbagi kepada dua pendapat, ada yang mengatakan bahwa Al-Qur'an merujuk peristiwa tersebut pada Ismail, dan beberapa ulama percaya bahwa Ishaq adalah sang putra yang dikurban.

BACAPERSOALAN DINAR-DIRHAM SEBAGAI MATA UANG ISLAM, APA BEGITU…?

Misteri ini semakin menciptakan polemik tak berkesudahan ketika tidak ada satu hadist pun yang dapat menjadi referensi untuk mendukung salah satu pendapat. Walhasil, masing-masing kelompok berusaha mempertahankan argumentasi mereka melalui dukungan pendapat dari kalangan sahabat dan ulama (Aqwalus Shohabah wal at-Tabiin).

BACAPERIHAL TANGGAL KELAHIRAN NABI SAW

Di antara kalangan sahabat Nabi SAW yang berpendapat bahwa bahwa anak Nabi Ibrahim yang disembelih adalah Ismail, diantaranya Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah, dan At-thufail Amir bin Watsilah. Dari kalangan tabiin terdapat Sa’id bin Al-Musayyib, Sa’id bin Jubair, Al-Hasan Al-Bashri. Sedangkan dari kalangan ahli tafsir yang mendukung pendapat ini adalah Wahbah Az-Zuhaili, Ar-Razi, Thabathabai, Al-Qurthubi, Ibn Katsir, An-Nasafi, Sa’id Hawa’, Thahir ibn ‘Asyur.

Argumentasi mereka dibangun atas kalimat FABASYSYARNAAHU BIGULAAMIN HALIIM (maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar). Siapa anak yang penyabar itu? Ulama-ulama diatas tadi mengatakan Ismail orangnya. Dengan alasan karena Ismail anak pertama Ibrahim, ditambah lagi bahwa seluruh ulama agama samawi sepakat bahwa Ismail lebih tua dari Ishaq. Fakta ini termaktub dalam Kitab Taurat dan Injil yang menyebut bahwa Ismail lahir pada saat Ibrahim berumur 86 tahun sedangkan Ishaq lahir pada saat Ibrahim berumur 99 tahun. Kemudian, argumentasi ini juga dibangun atas fakta alibi bahwa jika saja yang disembelih adalah Ishaq, maka tentu saja peristiwa penyembelihan ini terjadi di Baitul Maqdis, bukan malah di Mina.

BACASISTEM PEMILU PROPORSIONAL TERBUKA DAN TERTUTUP: APA ITU?

Selanjutnya, setelah ayat tersebut selesai mengilustrasikan peristiwa kurban, Allah SWT melanjutkannya dengan ayat WABASYSYARNAAHU BI ISHAQ NABIYYAN MINASHOLIHIN (dan kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang shaleh). Ayat lanjutnya diatas menguatkan pendapat bahwa peristiwa kurban ini terjadi terhadap Ismail karena nama Ishaq justru disebut belakangan. Artinya, Ishaq berada diluar scenario peristiwa ini. Demikian kiranya hujjah kalangan yang meyakini bahwa Ismail merupakan si anak kecil dalam peristiwa tersebut.

Di lain pihak, sahabat Nabi SAW yang berpendapat bahwa Ishaq yang dikurban dalam peristiwa akbar tersebut diantaranya adalah Umar bin Khattab, Jabir, Al-‘Abbas, dan Ka’ab Al-Akhbar. Sedangkan dari kalangan Tabi’in diantaranya Qatadah Masruq, ‘Ikrimah, ‘Atha’, Muqatil, Az-Zuhri, As-Saddi, dan Malik bin Anas.

Yang menarik untuk dicermati disini adalah fakta bahwa pada umumnya, yang banyak menyandarkan pendapat mereka bahwa putra Nabi Ibrahim yang disembelih adalah Ishaq justru ulama-ulama muslim masa awal (baca: salaf). Misalnya saja Imam Al-Tabari. Beliau menegaskan bahwa Ibrahim mengurbankan Ishaq, bukannya Ismail, “…beberapa mengatakan Ishaq, sementara yang lain mengatakan Ismail. Kedua pendapat … berasal dari Rasulullah …, Al-Quran menyebutkan nama Ishaq yang lebih bisa terima sebagai anak yang dikurbankan.” Bahkan dalam karya tafsirnya, Al-Tabari dengan gamblang menyertakan 17 riwayat yang mensinyalir Ishaq sebagai sang anak yang dikurban.

Terlepas dari rahasia besar ini, yang terpenting bagi kita adalah bagaimana memaknai hari raya Idhul Adha dengan nilai keimanan yang tinggi. Idul Adha merupakan identitas dan loyalitas kesetiaan kita kepada Allah SWT atas segala perintah yang telah dibebankan kepada kita sebagai hambaNya. Sebuah ketaatan tanpa pamrih, tanpa banyak tanya dan seutuhnya penyerahan diri total terhadap kebesaran Sang Maha Kuasa.

Berkorban ataupun berkurban adalah suatu hal yang tingkat keniscayaannya absolut dalam kehidupan manusia. Sebagai lambang supremasi ketaatan hamba kepada Tuhannya, Idul Adha mengajarkan kita untuk mengurbankan nikmat yang telah diberikan Allah dan pada saat yang sama, menuntut kita untuk bersedia berkorban (baca: bersungguh) di dalam kehidupan duniawi-ukhrowi demi pencapaian segala yang kita impikan.

Kurban dalam Islam memiliki makna filosofis yang dalam. Ia mengajarkan umat Muslim tentang pengorbanan, ketundukan, kesalehan, kesadaran sosial, pengendalian diri, dan niat yang murni. Melalui kurban, seorang Muslim berupaya mendekatkan diri kepada Allah, memperkuat ikatan dengan sesama, dan meningkatkan kualitas spiritual dan moral mereka.

Oleh karena itu, tanggal 10 Dzulhijjah merupakan moment tahunan berharga untuk menandai diri apakah kita termasuk orang-orang yang sami’na wa atho’na atau berada pada barisan hamba yang “berhitung” untuk berkurban dan “berpaling” dari berkorban. Salam sehat selalu. Wallahu a’lam bi ashowab.

Illustrasi by Wikimedia Commons

Biodata Penulis:  Menyelesaikan pendidikan dasar Islam di Pondok Pesantren Daarul Rahman, Jakarta. Lalu melanjutkan studi ke University of the Punjab, Lahore, Pakistan dan menyelesaikan S-3 di UTHM Malaysia dengan mempertahankan disertasi terkait dengan manajemen wakaf produktif. Research Fellow di beberapa lembaga seperti Fath Institute for Islamic Research Jakarta, IRDAK Institute of Singapore, Asia-Pacific Journal on Religion and Society, Institute for Southeast Asian Islamic Studies, Islamic Linkage for Southeast Asia, Dosen IAI Arrisalah, Anggota Dewan Masjid Indonesia, Ketua Dewan Pembina Badan Koordinasi Muballigh Indonesia Prov. Kepri, Anggota ICMI Prov. Kepri, Pemimpin Redaksi ACADEMICS TV, Direktur Swara Akademika Indonesia Foundation, Pembina Ikatan Wartawan Online Indonesia Prov. Kepri.


Posting Komentar untuk "RAHASIA KURBAN: ISMAIL ATAU ISHAQ YANG “DISEMBELIH”?"